Berkalikali al-Qur’an menyebutkan : “Afala Tatafakkarun” (apakah kamu tidak memikirkan), “Afala Ta’qilun”,(apakah kamu tidak menggunakan akalmu), “Wa fi Anfusikum, Afala Tubshirun”, (di dalam dirimu apakah kamu tidak melihat?). Hal ini menunjukan bahwasanya manusia di tuntut untuk selalu berfikir supaya
Hatibak cermin yang pada awalnya cemerlang berkelap-kelip, namun setelah sekian lama tercemari oleh debu-debu akhirnya kejernihan cermin akan pamit tanpa permisi, yang tertinggal hanyalah kotoran
Diakemudian membatasi dirinya pada teologi yang paling orthodox, sehingga orang tidak menemukan apapun dalam tulisan-tulisannya, sebagaimana dalam tulisan-tulisan filasuffilasuf lainnya, sesuatu yang disembunyikan yang dijelaskan setelah kematian mereka. Agama & Hegemoni Negara 59 Kadangkala mereka menggunakan cara-cara yang paling keras.
Readand listen to Surah Ala (in Arabic: ٱلْأَعْلَىٰ) with transliteration, translation and also tafsir. Read and understand the meaning of every ayat.
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd. أفـلا تـتـفـكـرون، الـرسـالـة الـسـابـعـة عـشـرة لـ الـجـلـيـّل ، عـبـد الـعـزيـز بن نـاصـر Afalā tatafakkarūn, al-risālah al-sābiah ashrah by Julayyil, Abd al-Azīz ibn Nāṣir Issue Year 2005 Our Price $ More from this author More from this publisher Email this page to a friend * required fields BUY THIS ITEM NOW < Shipping & handling policy < 7 day returns policy Usually ships within 12 weeks Bibliographic details Edition al-Ṭabah 1. Published/Created al-Riyāḍ Dār Ṭaybah lil-Nashr wa-al-Tawzī, 2005. Description 455 pages ; 25 cm. Language Arabic. Binding Hardcover. ISBN 9960891534. Series Silsilat Waqafāt Tarbawīyah fī ḍaw’ al-Qur’ān al-Karīm, 17 Subject Faith and reason - Islam. Bought together same series titles Add all to basket Total Price $ Total Shipping $ Series Silsilat Waqafāt Tarbawīyah fī ḍaw’ al-Qur’ān al-Karīm, 17 Customers who bought this item also bought al-Muthaqqafūn fī al-ḥaḍārah al-Arabīyahby al-Jābirī, Muḥammad Ābid$ al-waṭanī wa-qaḍāyā al-taṭarruf wa-al-ghulūwby al-Idārah al-Āmmah lil-Mahrajān$ alá manhaj Muḥammad Amīn Shaykhūby al-Rāghib, Aḥmad Ismāīl$ al-nafs wa-al-jasadby al-Ḥarīrī, Abū Mūsá$ al-ḍamīr al-fardī wa-maṣīr al-Islām fī al-aṣr al-ḥadīthby al-Ḥaddād, Muḥammad$ naṣīḥat al-Rifāīby al-Dubayyān, Alī ibn Rāshid$ al-aql al-Muslimby Abū Shaqqah, Abd al-Ḥalīm$ al-Islāmīyah fī khaṭṭ al-faālīyah al-ḥaḍārīyahby Barghūth, al-Ṭayyib$ al-salaf fī fahm al-nuṣūṣ bayna al-naẓarīyah wa-al-taṭbīqby al-Mālikī, Muḥammad ibn Alawī$ al-mujaddidīnby Ḥamzah, Muḥammad$ its foundations and conceptsby Al Suhaym, Muhammad bin Abdullah$ al-muntaqāh min kalām shaykh al-Islām Muḥammad ibn Alī al-Shawkānīby al-Shawkānī, Muḥammad ibn Alī$ al-athar fī al-mawāqif wa-al-ibarby Iskandarānī, Khālid ibn Ibrāhīm$ al-Sharq wa-al-Gharb, al-Islām huwa al-ḥallby Atrīsī, Jafar Ḥasan$ wa-al-ṣirāṭ wa-al-mīzān fī al-Qur’ān al-Karīm wa-al-Sunnah al-Nabawīyahby al-Janābī, Murād Abd Allāh$ Jāmi bayān al-ilm wa-faḍlihi wa-mā yanbaghī fī riwāyatihi wa-ḥamlihby Ibn Abd al-Barr, Yūsuf ibn Abd Allāh$ al-fahm al-ṣaḥīḥ lil-dīn al-Islāmīby Muḥammad, Muḥammad Muḥammad Aḥmad$ uṣūlīyahby Ajamī, Ḥasan$ al-fikr al-dīnī awwalanby Isḥāq, Yaqūb Muḥammad$ al-Islāmīyūn wa-as’ilat al-nahḍah al-muāqahby al-Qudaymī, Nawwāf$ Dastaghīb, Abd al-Ḥusayn$ al-baḥth wa-al-munāẓarahby al-Shinqīṭī, Muḥammad al-Amīn$ ilá al-tafkīrby al-Ṣarrāf, Zuhayr$ al-istibdād al-siyāsī fī risālat al-shaykh al-Nā’īnīby Ṣāliḥ, Muḥammad Aḥmad$ bayna al-tanẓīr wa-al-taṭbīqby Muntadá al-Fikr al-Arabī$ al-lubāb fī radd al-fikr ilá al-ṣawābby al-Mughaylī, Muḥammad ibn Abd al-Karīm$ Probleme de idees dans le monde Musulmanby Bennabi, Malek$ al-dīn wa-ḥamalatihi wa-rijālihby al-Sadī, Abd al-Raḥmān ibn Nāṣir$ ḥujaj al-tawḥīd fī mu’ākhadhat al-abīdby Āl Farrāj, Midḥat ibn al-Ḥasan$ wa-al-Islāmby Sharīatī, Alī$ Look for similar items by category 1. al-Usus al-mibnā’īyah lil-irfān wa-alāqatuhu maa al-sharīah by Shuqayr, Muḥammad الأسـس الـمـبـنـائـيـة لـلـعـرفـان و عـلاقـتـه مـع الـشـريـعـة لـ شـقـيـر ، مـحـمـد 2. al-Dīn wa-al-ilm by al-Fayyāḍ, Zayd ibn Abd al-Azīz الـديـن و الـعـلـم لـ الـفـيّـاض ، زيـد بن عـبـد الـعـزيـز 3. Asālīb al-taāmul maa al-khuṣūm fī ḍaw’ al-Sunnah al-Nabawīyah by al-Jazā’irī, Nūr al-Dīn Muḥammad al-Ṭāhir أسـالـيـب الـتـعـامـل مـع الـخـصـوم في ضـوء الـسـنـة الـنـبـويـة لـ الـجـزائـري ، نـور الـديـن مـحـمـد الـطـاهـر 4. Shakhṣīyat al-Muslim by Āmir, Muḥammad ibn Aḥmad شـخـصـيـة الـمـسـلـم لـ عـامـر ، مـحـمـد بن أحـمـد 5. Ru’á min ajl wāqi afḍal by al-Dāwūd, Jafar Yūsuf رؤى من أجـل واقـع أفـضـل لـ الـداوود ، جـعـفـر يـوسـف More items to consider 1. Khatm Sunan al-imām Abī Dāwūd by al-Baṣrī, Abd Allāh ibn Sālim خـتـم سـنـن الإمـام أبـي داود لـ الـبـصـري ، عـبـد الله بن سـالـم 2. Mashāriq al-shumūs fī Sharḥ al-durūs by al-Khuwānsārī, Ḥusayn مـشـارق الـشـمـوس في شـرح الـدروس لـ الـخـوانـسـاري ، حـسـيـن 3. al-Insān fī al-kawn bayna al-Qur’ān wa-al-ilm by Khiḍr, Abd al-Alīm Abd al-Raḥmān الإنـسـان فـي الـكـون بـيـن الـقـرآن و الـعـلـم لـ خـضـر ، عـبـد الـعـلـيـم عـبـد الـرحـمـن 4. al-Tafsīr al-Maẓharī by al-Maẓharī, Muḥammad Thanā’ Allāh الـتـفـسـيـر الـمـظـهـري لـ الـمـظـهـري، مـحـمـد ثـنـاء الله 5. Ilm al-akhlāq fī al-Kitāb wa-al-Sunnah wa-al-adab by al-Kharsān, Muḥammad Hādī Muḥammad Riḍā عـلـم الأخـلاق فـي الـكـتـاب والـسـنّـة والأدب لـ الـخـرسـان، مـحـمـد هـادي مـحـمـد رضـا Look for similar items by subject Faith and reason Faith and reason - Christianity Faith and reason - Islam Faith and reason - Islam Faith and reason - Islam - Early works to 1800 Faith and reason - Islam - Quranic teaching View items for all subjects View items for all selected subjects
Tafakkur is an important component that must be possessed by every believer, because tafakkur is a reflection of a believer. I can see all the benefits and bad things through it. Thus explained Al-Hasan. With tafakkur, the believer will know the nature and secrets of creating his creations or stories that occur around him. So, in this process, you will also need to know about what is contained in it, as well as the environment. From several suggestions for good recitation from the Qur&39;an and Hadith that can prove that tafakkur is a very important thing. This is what makes the wisdom expert and the Sufis discuss about taking only to recite about Allah&39;s creation. They understand that by meditating they will find peace, find pleasure and ugliness and know the secret behind the creation of Allah&39;s creation.
— — Untuk menjadi lebih baik, dilakukan dengan secepat mungkin tanpa menunda waktu. Sama halnya dengan kecerdasan, Jika menunda cerdas hingga besok dan selanjutnya maka saat ini diri dalam keadaan tidak cerdas atau bodoh. Ustadz Prof. Dr. H. Yuwono mengatakan Dalam Al Qur’an Surah At Takasur menyebutkan Al haaku mut takathsur’ Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Orang yang lalai adalah orang yang bodoh. Hatta zurtumul-maqoobir’ sampai kamu masuk ke dalam kubur. Kalla law ta’lamuuna ilmal yaqiin’ Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti Thumma latara wunnaha ainal yaqiin’ kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri. Ustadz Yuwono mengatakan pentingnya cerdas di dunia karena agar bermanfaat bagi sesama. Karena jika sudah datangnya kematian, semua orang akan cerdas tetapi kecerdasan tersebut sudah tidak ada lagi manfaat. Apakah kita bisa cerdas? Maka jawabbannya adalah pasti bisa. Allah menegaskan Dan Berkali-kali al-Qur’an menyebutkan “Afala Tatafakkarun” apakah kamu tidak memikirkan, “Afala Ta’qilun”,apakah kamu tidak menggunakan akalmu, “Wa fi Anfusikum, Afala Tubshirun”, di dalam dirimu apakah kamu tidak melihat?. “Manusia pasti cerdas asal mau menggunakan akal yang secara fisik adalah otak, secara bukan fisik, otak dibagi menjadi dua yaitu otak yang baru sampai kepada ilmu itu namanya akal’sedangkan otak yang sampai kepada sadar itu namanya Hati’. Sebagai contoh bapak ibu yang hadir kajian ini bisa jadi kesadaran atau ikut-ikutan,”katanya, dalam live streaming Youtube BPM Al Furqon Palembang, dua pekan lalu, kamis, 14/7/22. Tentunya jika kita menggunakan anugrah yang Allah berikan, yaitu akal pikiran. Tapi sayangnya banyak manusia yang tidak menyadari, kelebihan manusia akal pikiran yang telah Allah berikan. Manusia sebagai mahluk sempurna karena mempunyai akal pikiran untuk bernalar dan akan menjadi mahluk mulia jika memanfaatkan akal pikiran untuk kebaikan serta mendapatkan atau mengolah data dari ilmu pengetahuan yang diperoleh. Kemudian ia melanjutkan, ada tiga cara menjadi cerdas dengan melakukannya terus menerus yaitu pertama Taddabur Al Qur’an orang yang mampu melihat makna dibalik Al Quran yang nyata, kedua Tafakur Alam orang yang berpikir atau merenungi segala keadaan yang terjadi di alam semesta, dan yang ketiga adalah Dzikrul Maut Ingat mati. “Orang yang paling cerdas adalah orang yang ingat mati, karena mati itu bisa kapan saja tanpa janji dan lainnya. Suatu ketetapan dari Allah dan rahasia Allah,”tegasnya.tri jumartini
Hidup adalah tantangan. Dalam begitu banyak kesempatan Tuhan menantang manusia. “akankah mereka bisa berfikir jernih” –afala tatafakkarûn-. “bisakah mereka berhati dingin” –afala tatadabbarûn-. “dapatkah mereka memakai logika yang tepat”, –afala ta’qilûn-. Kata-kata di atas adalah penggalan firman Tuhan dalam kitab suci al-Qur’an. Biasanya kata-kata itu dijadikan pungkasan dari sebuah ayat. Setelah membahas satu tema, di akhir tema itulah penggalan kata itu diselipkan. Biasanya tema-tema yang diangkat adalah tema-tema sehari-hari. Tapi, tema-tema tersebut memilki tingkat kesulitan yang lumayan. Anasir lain yang juga unik adalah kata ummatan wahidatan. Artinya ummat yang satu atau satu kesatuan ummat. Dalam beberapa konteksnya kata itu biasanya dibarengi dengan kata ikhtalafa berbeda atau yang semakna. Maksudnya buat apa manusia geger dan rebut-ribut terus, wong kita satu atap, satu ummat dan satu bapak. Bahkan dalam pernyataan yang klimaks disebutkan bisa saja Tuhan menjadikan manusia “satu warna”, tapi jika itu terwujud, toh mereka juga masih saja akan ribut-ribut”. Itu pernyataan Tuhan. Bukan manusia. Artinya itu perkataan yang jujur 100%. Itu realita. Itu adalah watak. Itu adalah fitrah. Dan itu adalah karakter asli manusia. Mereka dicipta dalam keluarga yang satu tapi dengan karakter yang berbeda. Bukan berarti manusia dicipta untuk berbeda. Tetapi mereka dicipta berbeda-beda dari asal yang satu. Itulah tantangan Tuhan. Itu adalah pengakuan Sang Pencipta manusia. Dalam sebuah petuah nabi disebutkan “siapa yang tahu dirinya maka ia akan tahu Tuhannya”. Artinya manusia dianjurkan tahu karakter dirinya. Anatomi tubuhnya. Psikisnya. Tabiatnya. Dan dasar dirinya. Bahwa manusia itu dicipta dari tanah. Dari setetes air, dari segumpal darah, sekepal daging. Artinya, manusia dicipta dari cara dan bahan yang sama. Disisi yang lain manusia juga dicipta dengan watak yang sama yaitu berbeda yang bukan hanya pada bentuk fisiknya saja tapi juga pada pemikirannya. Bahwa manusia itu berbenika. Perbedaan adalah barang suci yang turun dari langit. Ia termanifes pada diri manusia. Makhluk terbaik dalam jagad. Konon beberapa saat menjelang dititahkannya manusia ke bumi, para malaikat protes. Bukankah manusia suka saling bunuh, kata malaikat. Saling tumpas. Dan saling rebut. Saling paksa. Dan saling memperkosa satu sama lain.? Sedang kami –kata malaikat- adalah lunak dan patuh. Bertasbih. Memuji dan memuja-Mu. Namun, Tuhan hanya membalasnya dengan sepenggal kalimat “Aku lebih tahu tantang apa-apa yang kalian tahu”. Malaikat pun tak kuasa berucap lagi. Rupanya malaikat telah paham akan konstruks manusia. Yang menurut mereka biang pertumpahan darah di bumi. Mereka egois. Mereka suka menjajah. Bagi malaikat, manusia bisa merusak tatanan bumi dengan watak imperialisnya. Manusia yang satu harus tunduk pada manusia yang lain. Baik tingkahnya, pemikirannya dan keyakinannya. Dan untuk itu darah pasti mengucur. Tapi setelah proses allama’ atau mengalimkan manusia, malaikatpun percaya akan masa depan manusia di bumi. Bahwa disamping sifat-sifat loba tadi, manusia memiliki kekuatan intelektual yang luar biasa. Betapa tidak, Tuhan telah bersabda wa allama Adama al-asma’a kullaha. Di sana ada kata kullaha yang menjadi taukid atau penguat. Bahwa manusia adalah makhluk dengan kecerdasan yang luar biasa. Itu adalah cerita yang sangat dulu. Saat manusia masih dua batang kara Adam dan Hawa. Artinya, dulu manusia adalah penghuni langit. Dan saat diturunkan ke bumi ia pun dibekali benda-benda langit ilmu, sifat-sifat dasar, wataknya yang berbeda dan lain lain. Tetapi, belum lama setinggalnya manusia di bumi. Setelah Adam dan Hawa bertemu. Setelah lahir Qobil dan Habil, bangsa manusia pun harus tunduk malu pada bangsa malaikat. Dugaan malaikat pun benar. Itulah pertumpahan darah pertama di bumi. Ternyata manusia pun gagal memanfaatkan benda-benda langit yang ada pada dirinya. Manusia tergiur oleh benda-benda bumi. Dimana ilmu yang telah disematkan pada manusia itu? Itulah problemnya. Di bumi, manusia bertemu dengan benda-benda bumi yang sekedar laibun’ wa lahwun’ permainan dan guyonan. Namun, benda-benda bumi itupun akhirnya diperebutkan dan diperjuangkan. Yang karena itulah benda-benda langit terlupakan. Manusia lupa bahwa ia adalah pintar. Ia lupa dengan dirinya sendiri. Pada tahapan selanjutnya, benda-benda bumi yang lain pun lahir. Dalam bahasa manusia ia biasa disebut dengan idiologi sebuah kata yang menunjuk pada sesuatu yang diyakini dan dianut. Ada pula politik sebuah nama yang biasa digunakan pada ranah kekuasaan. Ada juga ekonomi sebuah pesan yang menunjuk pada harta dan property. Dan masih banyak benda-benda bumi yang lain. Benda-benda inilah yang kemudian memberangus identitas manusia. Tetapi bisa jadi itu adalah alat untuk meneguhkan jati dirinya. Bahwa ialah yang patut diturut. Bahwa ialah yang layak berkuasa. Bahwa dia pula yang layak untuk mendapat harta. Maka, benar apa kata Tuhan. Bahwa dari sekian tantangan yang diberikan pada manusia hanya sebagian kecil yang bisa melewatinya. “tetapi, kebanyakan manusia tidak bisa berfikir sehat” –wa la kinna aktsarannasi la ya’qilun”. Itu kata Pencipta Manusia.
afala tatafakkarun tulisan arab